Selasa, 22 Mei 2012

FF/ONESHOOT/ GENERAL/ROMANCE/I LOVE YOU, BUT...


Author : Haebaragi
Title    : I LOVE YOU, BUT…
Rating  : General
Genre  : Romance
Cast      :

  • Ok Taecyeon 2PM
  • Ok Jihyen (Taaecyeon’s noona)
  • Hwang Chansung 2PM
  • Kim Misook (Taec’s eomma)

Original Cast:

  • Jang Hee Ra
  • Kim Hye Neul (Taecyeon's ex GF)
  • Hye Sup sook mo (Hee Ra's eomma)


~Chansung’s POV~
“Mwo? Dinner? Jinjja?” tanyaku pada seorang namja yang sedang berguling-guling di rumput di sampingku.
“Jinjja!” ujarnya penuh semangat sambil mengangkat jempolnya. Kemudian melanjutkan berguling-guling lagi.
“Sama Jang Hee Ra? Kamu dan Kim Hye Neul benar-benar sudah putus, ya?” tanyaku lagi.
Namja itu pun menghentikan ‘aksi’nya mengguling-gulingkan diri.
“Ne. Dan ‘ne’ lagi,” jawabnya singkat.
“Aigoo, Taecyeon! Kau kan tahu sendiri bagaimana Hye Neul begitu menyukaimu,” tegurku. Namja yang kupanggil Taecyeon itu pun akhirnya duduk dan bersandar pada pohon yang menaungi kami.
“Yeah,” jawabnya singkat.


~Taecyeon’s POV~
“Yeah,” jawabku singkat.
“Tapi aku sangat mencintai Hee Ra. Sejak aku menyadari perasaan ini, aku memutuskan hubunganku dengan Hye Neul. Aku nggak mau selingkuh,” jelasku.
“Arrayo,” ujarnya singkat.

-7 pm. Taecyeon’s Home-
Aku mematut diri di depan cermin setinggi badanku. Sudah hampir 1 jam aku mencoba mencocokkan baju yang akan kupakai kencan nanti. Aku merasa seperti seorang perempuan yang selalu ribet dengan pakaian mereka. Sepertinya aku kualat, karena dulu aku pernah mengejek Jihyen noona yang sibuk mencocokkan baju yang akan dipakainya kencan. Sedang frustasi karena merasa tak ada pakaian yang cocok, Jihyen noona masuk ke kamarku tanpa ku sadari.
“Kau ini benar-benar ya! Kau tampan, tapi style fashion mu parah sekali!” sindir noona.
DEGG! Aku merasa ada sebilah belati tajam menusuk tepat di jantungku. Tanpa bicara apapun, Jihyen noona mengambil sehelai T-shirt putih polos, blazer, dan blue jeans pants lalu menyerahkan padaku. Aku terpaku menatapnya.
“Bagaimana dengan rambut dan sepatuku?” tanyaku dengan tampang bodoh.
“Baboya! Pakai saja sepatu Converse mu yang hitam itu. Rambutmu dirapikan sedikit saja sudah bagus, kok. Good luck for your date,” ujarnya sambil beranjak keluar kamar.
“Jeongmal gomapta, noona!” teriakku sebelum Jihyen noona menutup pintu kamarku.
“Gwenchana,” jawabnya.

-7.30 pm. Hee Ra’s apartment-
Akhirnya aku tiba di apartemennya Hee Ra. Aku mengeluarkan ponselku dari saku celana dan menekan speed dials nomor 9. Nomor keberuntunganku (anggaplah begitu. I dunno his real lucky number).
“Yeoboseyo?”sahut suara di seberang sana.
“Yeoboseyo. Hee Ra, aku sudah di depan apartemenmu,” jawabku.
“Ne. Aku segera turun. Chakkaman, eoh,” ujar Hee Ra.
Tak lama kemudian Hee Ra pun sudah berdiri di depanku. Ia tampak manis dengan short sleeve chiffon dress berwarna ungu.
“Yeppeo,” bisikku tanpa sadar.
“Mwo?” tanya Hee Ra.


~Hee Ra’s POV~
“Mwo?” tanyaku. Tadi sekilas aku mendengar Taecyeon berbisik.
“Ah! Aniyo! Naiklah, nanti kita kemalaman,” ujarnya sambil menyerahkan helm kepadaku. Akupun segera naik ke motor sport merah-hitam nya.
Taecyeon memintaku memeluk pinggangnya. Aku sedikit ragu-ragu, jadinya kupegang ujung blazernya. Tiba-tiba Taecyeon menarik dan melingkarkan lenganku di pinggangnya. Setelah itu ia mulai menjalankan motornya.
Omona! Taecyeon, kau bisa membuatku terkena serangan jantung! Kurasakan wajahku memerah. Aku malu, tapi aku senang. Semoga dia tidak merasakan debaran jantungku yang tidak karuan ini.

-15 menit kemudian. Starlite Café-
“Kau mau pesan apa?” tanya Taecyeon padaku yang sedang membolak-balik buku menu.
 “Hmm, German Pancake dan Espresso,” jawabku.
“Geurae. German Pancake dua porsi, Espresso 1 porsi, dan 1 porsi Caffè macchiato,” ujar Taecyeon kepada waitress. Tak lama kemudian pesanan kami tiba.
Sedang asyik makan, ponsel milik Taecyeon berbunyi. Entah siapa yang menelepon, tapi sepertinya Taecyeon merasa tidak nyaman.


~Taecyeon’s POV~
My! Mau apa Hye Neul meneleponku?! Dengan enggan aku terpaksa menjawab panggilannya.
“Mwo?” Tanyaku langsung.
“Neo odiya? Sama siapa?”
“Aku lagi di Starlite Café. Sendirian,” jawabku sambil setengah berbisik. Untungnya Hee Ra tak terlalu memperhatikan.
“Oh, kamu tunggu dulu sebentar. Aku mau ke sana sekarang.”
“Eh…” belum sempat aku menjawab, Hye Neul sudah keburu menutup sambungan. Waduh, bisa gawat kalau Hye Neul melihat aku kencan dengan Hee Ra.
Kucoba menghabiskan makananku dengan tenang. Namun tampaknya Hee Ra memperhatikan sikapku yang terlihat gelisah.
“Ada apa, Taecyeon? Kok kayaknya gelisah?”
“Hye Neul mau ke sini. Dia tadi nelepon aku dan bilang mau nyusul ke sini,” jawabku lirih sambil menunduk. Kulihat Hee Ra meletakkan sendok dan garpunya.
Ekspresinya tampak sinis. “Mau apa dia ke sini?”
Aku hanya sanggup menggelengkan kepala. Kami menghabiskan sisa makanan dalam suasana tegang. Keromantisan yang sempat menyelimuti kami, kini menguap tanpa bekas. Dan benar, lima belas menit kemudian Hye Neul tiba. Rumahnya memang terletak tak jauh dari café. Begitu tiba di meja kami, Hye Neul langsung ngomel-ngomel.
“Ini yang kamu bilang lagi sendiri?! Nugu?!” bentaknya sambil menunjuk Hee Ra.
Hee Ra langsung berdiri. “Silakan kalian selesaikan masalah kalian. Taecyeon, aku pulang dulu. Gomawo untuk kencannya. Annyeonghi gyeseyo.”
“Mwo, kalian kencan?!” Hye Neul langsung menyambar. Aku tak sempat menahan kepergian Hee Ra.
“Ne, kamu mau apa lagi?” tanyaku kesal.
“Aku mau kita balikan. Saranghae, Taecyeon-ah.”
“Mian, Neul. Aku lebih mencintai Hee Ra daripada kamu, aku sudah nggak punya perasaan apa-apa ke kamu.”
Sepertinya jawabanku bukan yang diharapkan Hye Neul. Karena tiba-tiba tangan Hye Neul melayang ke arah wajahku. Untungnya sempat kutahan. Kutepiskan tangannya keras-keras. Silakan katakan aku kasar pada seorang perempuan. Tapi hei, dia mencoba untuk menamparku di depan umum!
“Neo jeongmal nappeun  namja!” Hebat, sekarang dia berani mengumpat di tempat umum. Aku tahu, itu untuk menutupi rasa malunya karena tidak berhasil menamparku. Selesai memakiku, Hye Neul langsung keluar dari café.
Aku terduduk lemas di kursi. Berantakan sudah kencanku dengan Hee Ra. Aku memikirkan Hee Ra yang terpaksa pulang sendiri. Berkali-kali kuhubungi ponselnya, tapi tak pernah diangkat. Gara-gara Hye Neul, rusak sudah semuanya!


~Hee Ra’s POV~
Aku terus berlari. Tak mempedulikan kakiku yang terasa sakit karena berlari menggunakan wedges. Air mataku terus menetes. Rasanya hatiku sakit sekali. Aku berharap saat ini aku ada di kamar. Menangis sepuasnya. Untung saja tak lama kemudian ada taxi yang lewat, aku menghentikannya.

-15 minutes later. Hee Ra’s apartement-
Aku merebahkan tubuhku yang terasa begitu penat. Menumpahkan tangisku di bantal. Tak kuhiraukan ponselku yang sedari berbunyi. Pasti dari Taecyeon. Aku benci Taecyeon! Tanpa sadar, aku pun jatuh tertidur.

-7.45 am-
Pagi ini aku terbangun dengan kepala terasa berat. Rasanya ingin tiduran saja seharian ini. Tapi mau tak mau aku harus ke kampus karena pagi ini ada kuliah yang sangat penting bagiku. Akhirnya aku pun bersiap-siap.
Di depan apartemen, aku terkejut melihat seseorang sedang duduk di atas motor sport merah-hitam. Ok Taecyeon!
“Taecyeon, mwohaeyo? Nggak kuliah?” tanyaku heran.
Taecyeon tersenyum. “Aku masuk jam 9 nanti. Jadinya sekarang aku bisa ketemu kamu dulu. Aku mau nganterin kamu.”
“Selain mau nganterin aku, ada alasan apa lagi kamu ke sini?” tanyaku sambil menatap matanya lurus.
“Aku mau minta maaf sekalian menjelaskan masalah tadi malam.”
“Tadi malam itu, nugu?” tanyaku dengan nada tidak suka.
“Hye Neul. Mantanku.”
Entah mengapa, mendengar kata ‘mantan’, aku merasa sedikit cemburu.
“Jangan-jangan pas dia nelepon, kamu bilang kalau kamu lagi sendiri? Makanya dia marah pas tahu ternyata kita lagi kencan,” tebakku. Taecyeon hanya terdiam.
“Kamu mau menjelaskan apa lagi?”
Bukannya menjawab, Taecyeon justru melirik Casio di pergelangan tangan kirinya.
“Sebentar lagi jam setengah 9, kamu ada kuliah kan. Lebih baik sekarang kamu kuantar sekalian kujelaskan di jalan. Dari sini ke kampusmu cuma lima menit naik motor. Eottae?”
Aku hanya terdiam. Aku masih kesal padanya. Tapi aku juga tidak punya pilihan lain. Taecyeon pun menyerahkan helm padaku.
“Kajja!” ujarnya lagi. Mau tak mau aku pun naik ke motornya.


~Taecyeon’s POV~
Kali ini Hee Ra bahkan tidak mau memegang jaketku. Dia menyilangkan tangan di depan dadanya. Akhirnya aku berusaha menjelaskan masalah semalam ke Hee Ra.
“Sebelum aku kenal kamu, aku sudah pacaran selama satu bulan dengan Hye Neul. Dan sejak aku kenal kamu, aku merasa nyaman dekat dengan kamu. Dan lama-lama perasaan nyaman itu berubah menjadi suka, lalu sayang, dan akhirnya cinta. Saat aku sadar aku juga mencintai kamu, aku jadi dilema.
Di satu sisi, aku nggak bisa mutusin Hye Neul gitu aja, saat itu kami sudah pacaran enam bulan lebih. Jelas bukan waktu yang singkat. Tapi aku juga nggak mau terjebak dalam cinta segitiga. Menghianati Hye Neul, menyakiti kamu, dan menyiksa diriku sendiri. Sampai akhirnya aku benar-benar yakin kalau aku lebih mencintai kamu. Dan seminggu yang lalu aku dan Hye Neul akhirnya putus. Tapi Hye Neul sepertinya masih belum bisa menerima kenyataan ini. Dia masih terus meminta aku untuk kembali ke dia. Tapi aku sudah benar-benar nggak bisa. Sekarang yang aku cinta cuma kamu,” jelasku panjang lebar.
Tepat begitu aku selesai menjelaskan masalah semalam, kami tiba di kampus Hee Ra. Begitu motorku berhenti, Hee Ra langsung turun dan berniat pergi setelah menyerahkan helm padaku. Aku langsung menahan tangannya. Hee Ra diam saja.
“Kamu kuliah sampai jam berapa?” tanyaku.
“Jam setengah dua siang. Waeyo?”
“Nanti aku jemput kamu. Aku mau ajakin kamu main gokart,” jawabku sambil setengah merayu. Aku tahu, sudah lama Hee Ra ingin main gokart tapi selalu sibuk dengan kuliah dan organisasi-organisasinya. Hee Ra tak menjawab, hanya terdiam lalu menarik tangannya. Sebelum pergi, dia masih sempat berterima kasih. Setelah itu aku menuju kampusku sendiri.

Jam satu siang aku sudah keluar kelas. Aku langsung menuju lapangan parkir. Lima belas menit kemudian aku sudah sampai di lapangan parkir kampusnya Hee Ra. Setelah memastikan motorku aman, aku langsung mencari Hee Ra ke dalam kampus. Belum lama aku berjalan, di kejauhan aku melihat Hee Ra sedang berjalan ke arah lapangan parkir. Aku melambai, Hee Ra membalas lambaianku. Aku mempercepat langkahku dan kuhampiri Hee Ra.
“Hai, udah lama?” tanya Hee Ra begitu aku berdiri di hadapannya. Tampaknya dia sudah tidak marah lagi.
“Ani. Aku baru aja sampai. Eh, sebelum main gokart, kita makan siang dulu, yuk!” ajakku. Kebetulan aku sudah kelaparan.
“Ne. Eodi?”
“Di café yang di tempat main gokart sekalian aja, eotteohke?” usulku sambil berjalan ke lapangan parkir. Hee Ra tersenyum dan mengangguk.


~Author’s POV~
-30 minutes later-
Taecyeon dan Hee Ra sudah tiba di tempat main gokart favorit Taecyeon. Kebetulan di dalamnya juga tersedia café. Kedua orang itu langsung turun dari motor dan masuk ke café kecil yang langsung menghadap lapangan parkir. Cafénya tidak terlalu besar, bisa dibilang cukup mungil. Karena memang biasanya yang makan di sini hanya orang-orang yang ingin main gokart.
Taecyeon dan Hee Ra mengambil tempat di pojok belakang, dekat pintu keluar yang langsung menuju area gokart. Sambil menyantap makanan, mereka ngobrol-ngobrol santai. Tentang kuliah, dosen, dan kerinduan Hee Ra kepada keluarganya di Busan.
Selesai makan, mereka melanjutkan dengan bermain gokart. Sebelum main, Taecyeon memberikan pengarahan singkat pada Hee Ra.
“Algeseumnida, ahjussi!” ujarnya sambil bersikap seperti prajurit kepada komandannya. Taecyeon hanya tertawa karena tingkah konyol Hee Ra.
Hee Ra yang baru pertama kali main gokart tidak terlihat begitu kesulitan. Bahkan beberapa kali yeoja manis itu mampu menyalip Taecyeon. Mereka berdua mengelilingi lintasan sebanyak 10 putaran. Saat berhenti di garis finish, posisi Hee Ra di belakang Taecyeon. Tapi wajahnya tampak puas dan senang.


~Hee Ra’s POV~
“Eotteohke?” tanya Taecyeon padaku. Aku hanya tersenyum lebar.
Setelah melepas semua peralatan safety, Taecyeon mengajakku duduk di taman kecil tepat di samping café.
“Capek?” tanyanya lagi sambil memperhatikan wajahku. Sesekali tangannya membenahi rambutku yang menutupi mataku.
“Lumayan. Tapi seru!” jawabku.
“Baguslah kalau kamu senang. Hee Ra, ada hal penting yang mau aku omongin,” nada suaranya berubah menjadi lebih serius. Aku yang sedang menenggak minuman isotonic langsung menurunkan botolku dan memandangnya tajam.
Tecyeon berkali-kali mengatur nafasnya. Menegakkan posisi tubuhnya. Perlahan Ia mengubah posisi duduknya hingga menatap langsung wajahku. Lalu menggenggam kedua tanganku dengan erat. Aku hanya bisa terdiam dan bertanya-tanya dalam hati. Perlahan Taecyeon membuka mulutnya.
“Jang Hee Ra. Di sini aku akan mengatakan sebuah pengakuan. Bahwa aku, Ok Taecyeon, mencintai kamu.”
“Hee Ra, saranghae. Jeongmal saranghae,” ujarnya tegas.
Aku benar-benar terkejut dan hanya mampu terdiam.
“Mworago?! Jeongmal?! Jinjjayo?!” mataku menatap langsung ke matanya. Mencoba menilai kejujurannya. Taecyeon mengangguk yakin dan tersenyum. Perlahan Ia menarik lembut kepalaku ke arahnya, mengecup keningku. Aku tersentak.
“Taecyeon?!” aku langsung menepis tangannya.
“Mianhae, Hee Ra. Neol jeongmal sarangahe. Aku yakin kamu juga cinta sama aku. Iya, kan?” Taecyeon mengulang pernyataannya sambil setengah mendesak.
Aku hanya menundukkan kepala, aku bingung dan ragu. Dengan lembut Taecyeon mengangkat daguku. Ia tersenyum padaku, dan aku pun ikut tersenyum.
“Ne. Nado saranghae.”
 “Apakah kamu menerima aku untuk jadi namjachingu mu?” tanyanya lagi. Kali ini dengan nada suara dan tatapan penuh harap.
“Taecyeon, sebenarnya aku sangat ingin langsung menjawab ‘ya’. Geundae  mianhae, nan mothae,” jawabku penuh nada penyesalan.
“Wae? Kamu nggak yakin sama aku? Kamu masih mikirin Hye Neul?”
Perlahan aku menyentuh pipinya.
“Aniyo. Neol jeongmal saranghae. Dan aku ingin kamu nggak cuma kenal aku aja, tapi juga keluargaku. Begitu juga aku ingin keluargaku kenal kamu, terutama eomma. Semenjak appa meninggal dua tahun lalu, aku cuma punya eomma. Aku sayang banget sama eomma. Aku ingin eomma setuju dengan keputusanku menerima kamu dan merestui hubungan kita.”
“Lalu?”
“Nanti malam eomma mau ke Munjeong-dong. Aku ngajak kamu ketemu eomma besok. Aku mau kamu dan eomma saling kenal. Dan nanti eomma yang akan memutuskan, apakah sebaiknya aku menerima kamu atau menolak kamu. Kamu bisa terima itu?” Ini pertama kalinya aku berbicara dengan nada tegas ke Taecyeon. Tatapanku pun tajam, menusuk tepat ke matanya.
Aku pernah bercerita ke Taecyeon kalau eomma tinggal di Busan, tapi eomma juga sering ke Munjeong-dong untuk urusan bisnis.
 “Aku nggak masalah. Jumat besok aku nggak ada kuliah. Aku ketemu eomma kamu enaknya eonje, eodiya?”
“Nanti malam aku ngomong dulu ke eomma. Paling lambat besok pagi aku kabari kamu eonje dan eodiya ketemuannya. Eotteohke?”
“Oke, gitu juga nggak apa-apa. Tapi kalau bisa tempatnya jangan terlalu jauh masuk Munjeong-dong, ya. Ntar aku nyasar lagi,” rajuknya. Aku tersenyum dan mengacak-acak rambutnya.
“Hee Ra-ah, kamu mau kan manggil aku ‘oppa’?” pintanya dengan memasang ekspresi memelas.
“Ne, oppa,” jawabku sambil tersenyum.
Saat aku melihat Alba-ku, ternyata sudah pukul tiga sore. Aku nggak menyadari lamanya waktu yang aku lewatkan dengan Taecyeon. Aku pun mengajak Taecyeon pulang.


~Taecyeon’s POV~
Pagi ini aku bangun lebih awal dari biasanya. Biasanya setiap hari Jumat aku bangun jam sembilan karena nggak ada kuliah, sekarang aku bangun jam lima pagi. Bukan mauku. Tapi ada muncha masuk ke ponsel-ku. Setengah kesal dan mengantuk aku mengambilnya di meja lampu di sebelah tempat tidurku. Ternyata dari Hee Ra. Aku langsung terjaga sepenuhnya.

Oppa, tadi malam aku udah ngomong ke eomma.
Eomma hari ini bisa ketemu oppa. Kebetulan eomma dan aku mau ke spa nanti siang.
Jadi kita ketemu di sana aja. Sulwhasoo Spa.
Alamatnya di Lotte Department Store F2.
Kalau ada apa-apa di jalan hubungi aku aja.
Sender:
Nae Chagi
+82-2-351-6469

Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan bergegas ke kamar mandi di dalam kamarku. Kali ini kusempatkan keramas, dan durasi mandiku yang biasanya cukup lima menit kini mengalami perbaikan menjadi lima belas menit.
Pagi ini aku berdoa lebih panjang dari biasanya. Aku memohon agar dilancarkan rencanaku bertemu dengan calon calon-sieomeoni (kalau sudah pacaran namanya ‘calon-sieomeoni’, karena belum pacaran jadinya masoh calon lagi. Arra?). Semoga semua berjalan lancar. Dan eomma nya Hee Ra merestui hubungan kami. Amin.
Setelah berdoa, aku beranjak ke lemari pakaian dan membukanya lebar-lebar. Aku kembali bingung. Baju apa yang pantas aku kenalkan untuk bertemu dengan eomma nya Hee Ra. Yang jelas saat bertemu dengan calon calon-sieomeoni, berikan penampilan yang terbaik. Tiba-tiba aku teringat sindiran Jihyen noona semalam. Aku langsung down.
“Noona!” aku berteriak sekencang mungkin dari kamar.
Terdengar suara derap langkah kaki di luar kamar. Lalu pintu kamarku menjeblak terbuka.
“Mwoya?! Kau ini pagi-pagi sudah mengajak perang, hah!!” Ups, sepertinya aku melihat tanduk tumbuh di puncak kepala Jihyen noona.
“Jeongmal jeosonghamnida, noona. Aku butuh bantuanmu memilih baju,” ujarku seraya berlutut di depannya.
“Mwo?! Tadi kau membuatku emosi, sekarang kau bilang kau butuh bantuanku?!” Sepertinya tanduk Jihyen noona semakin panjang saja.
“Noona, ayolah. Aku harus ke Munjeong-dong,” pintaku lagi. Kali bahkan sampai memeluk kaki jenjang Jihyen noona dan memasang tampang memelas.
“Mau apa kau ke Munjeong-dong? Mau beli baju? Selera fashion mu kan menyedihkan,” ujarnya sinis.
“Umm, aku mau menemui calon calon-sieomeoni ku,” jawabku lirih.
Jihyen noona yang begitu terkejut mendengar jawabanku langsung berjongkok di depanku.
“Mwo?! Apa maksudmu calon calon-sieomeoni?”
Aku pun menceritakan tentang Hee Ra kepada Jihyen noona. Aku juga menceritakan bagaimana kemarin aku menyatakan perasaanku pada yeoja yang sangat kucintai itu. Serta bagaimana Hee Ra memberi jawaban sementara.
“Hmm, arraseo. Jadi begitu ya,” ujar Jihyen noona sambil manggut-manggut dengan tampang serius.
Jihyen noona pun beranjak ke lemariku dan memandangi tumpukan bajuku. Tak lama kemudian Jihyen noona menarik keluar selembar T-shirt putih, kemeja tartan, nude jacket, dan black jeans pants. Lalu mengangsurkan tumpukan pakaian itu padaku.
“Kau pakai ini. Kau ke sana naik apa? Mau bawa mobil atau naik train?”
“Aku mau bawa mobil sendiri,” jawabku.
“Apa kau ingat jalan ke sana? Kau kan jarang ke sana.”
“Yah, sedikit. Atau noona mau ikut?” ajakku sekalian.
“Mian. Aku ada urusan penting. Kau pergi sendiri saja. Berhati-hatilah dan jangan pulang terlalu malam,” ujar Jihyen noona.
“Oh ya, kalau kamu nyasar di sana, telepon Hyo Sup sook mo aja,” tambah Jihyen noona.
Hyo Sup sook mo adalah istri dari almarhum sachon nya eomma yang sering ke Munjeong-dong.
“Gomapta, noona,” saking bahagianya, aku langsung memeluk dan mengecup kedua pipi Jihyen noona. Akibatnya, Jihyen noona mencak-mencak tak karuan.


~Author’s POV~
Setelah berganti pakaian, Taecyeon pun turun untuk menyantap sarapan yang sudah disiapkan Jihyen. Orangtua Taecyeon masih menetap di Amerika. Jadi saat ini Taecyeon hanya tinggal berdua dengan noona nya.
“Taecyeon, noona berangkat dulu ya. Semoga kau sukses,” pamit Jihyen.. Jihyen pun pergi dengan Lexus silver kesayangannya.
Selesai sarapan, Taecyeon segera berangkat ke Munjeong-dong dengan Ferrari hitamnya. Sejak semalam Taecyeon bahkan rela ke bengkel untuk memastikan mobilnya baik-baik saja. Bahan bakar juga sudah terisi penuh.
Satu jam kemudian Taecyeon sudah tiba di Munjeong-dong Setelah itu Ia menuju department store sesuai petunjuk Hee Ra. Taecyeon mencari-cari papan penunjuk jalan. Mencari papan yang menunjukkan arah ke Lotte Department Store.
Sebenarnya begitu memasuki Munjeong-dong menuju Lotte Department Store hanya butuh waktu 20 menit. Tapi hampir satu jam Taecyeon nyasar di tengah kota. Untungnya nggak lama kemudian dia tiba di department store. Setelah memarkirkan mobilnya di basement, ia lalu naik ke lantai dua. Mencari spa yang ditunjuk Hee Ra.


~Hee Ra’s POV~
Lagu Hands Up milik 2PM mengalun dari ponselku. Menandakan ada muncha masuk. Aku segera membukanya. Dari Taecyeon oppa.
Chagi, aku sudah di department store.
Sekarang aku mau ke spa.
Kamu belum pulang kan?
Sender:
Taec-Taec

Aku segera mengirim balasan.
Ne. Aku tunggu.
Aku udah selesai.
Tapi eomma belum selesai.

Tadi di jalan Taecyeon bilang kalau dia sempat nyasar. Untungnya eomma maklum. Aku pun menunggu Taecyeon sambil membaca majalah di sofa yang terletak di lobi spa. Lalu kudengar ada yang memanggil namaku. Aku mendongak dan nampaklah namja tampan yang sangat kucintai itu.
“Mianhae. Aku tadi sempat nyasar,” ujarnya dengan tampang menyesal setelah duduk di sebelahku.
“Gwenchanayo, oppa,” jawabku.
Tiba-tiba Taecyeon mengeluarkan sebuah kotak kecil dari saku jacketnya.
“Ige mwoya?” tanyaku.
“Buka saja.” Saat kubuka, isinya adalah seuntai kalung silver dengan liontin berbentuk bintang.
“Yeppeo. Jeongmal gomawo, oppa,” ujarku. Taecyeon mengambil kalung itu lalu memasangkannya di sekeliling leherku. Saking bahagianya aku mengecup pipi Taecyeon.
Awalnya Taecyeon terlihat terkejut, tapi dia lantas tersenyum.
“Sebentar aku panggil eomma dulu,” aku berdiri dan masuk kembali ke spa untuk memanggil eomma.

Tak lama kemudian aku kembali ke lobi spa dengan menggandeng eomma.
“Eomma, ini yang namanya Taecyeon. Oppa, ini eomma ku,” ujarku.
Taecyeon mengangkat wajah dari majalah yang dibaca lalu menatap eomma. Mereka berdua saling bertatap-tatapan. Lalu,
“Sook mo?” Taecyeon berdiri dari sofa dan melangkah mendekati eomma.
“Taecyeon-ah?” ujar eomma.


~Taecyeon’s POV~
“Taecyeon-ah?” ujar Hye Sup sook mo. Eomma nya Hee Ra?
“Mwo?! Sook mo?!” Hee Ra tampak begitu terkejut.
“Hee Ra-ah, dia ini Taecyeon-ah. Anak dari sachon nya appa mu,” kudengar Hye Sup sook mo menjelaskan ke Hee Ra.
My God! Aku baru ingat kalau almarhum sachon nya eomma bermarga Jang. Marga yang sama dengan Hee Ra!
“Mwoya?! Geojitmal!” Hee Ra ngotot membantah.
Dengan sabar Hye Sup sook mo mengelus rambut Hee Ra.
“Geojitmal anieyo, nae ddal. Selama ini kalau eomma menjenguk kamu di Seoul, kamu nggak pernah mau ikut eomma ke tempat sachon nya appa mu. Jadinya kamu dan Taecyeon-ah nggak pernah ketemu. Padahal kalian masih saudara,” jelas Hye Sup sook mo panjang lebar.
Aku yang tak percaya mendengar penjelasan beliau hanya mampu terdiam dan menunduk. Eomma ku dan appa nya Hee Ra adalah sepupu?!
“Aku nggak percaya!” Hee Ra langsung berlari keluar salon.
“Sook mo, saya susul Hee Ra. Sook mo tunggu di sini saja,” aku langsung menyusul Hee Ra.
Aku langsung mengejar Hee Ra yang sudah agak jauh dari spa. Aku sempat menangkap tangannya dan membawanya ke lorong kecil yang menuju toilet umum. Kami berbicara di sana. Aku tak bisa menerima fakta kalau ternyata Hee Ra adalah saudaraku sendiri yang selama ini belum pernah kutemui. Baru kemarin aku menyatakan perasaanku kepadanya. Dan hari ini aku berharap hubungan kami akan direstui eomma nya Hee Ra. Ternyata kenyataan yang ada terlalu menyakitkan untuk bisa kuterima.
“Aku nggak bisa percaya ini, oppa,” Hee Ra terisak dalam pelukanku.
“Aku juga nggak percaya, chagi. Tapi memang inilah faktanya. Kita ini masih ada hubungan saudara. Kita nggak mungkin memaksa untuk pacaran.”
“Geundae, noel jeongmal saranghae, oppa. Kalau kita ini saudara, kita nggak bisa pacaran. Dan itu bikin aku tersiksa, oppa,” Hee Ra semakin terisak. Aku memeluknya semakin erat.
Hee Ra, akupun tersiksa dengan kenyataan ini. Mengakui kita saudara, berarti membunuh harapan dari penyatuan perasaan cinta yang begitu besar antara kita. Tapi kita juga tidak mungkin tak mengakui kenyataan yang ada. Betapa tersiksanya batinku hingga aku tak bisa menyuarakan apa yang ada di hatiku.
“Chagi, ini memang berat. Tapi akan lebih berat lagi kalau kita memutuskan untuk pacaran. Tolong kamu dengar aku sekali ini saja. Aku janji akan tetap sayang sama kamu, mencintaimu sepenuh hatiku. Walau kita nggak mungkin pacaran. Biarkan perasaan ini cuma kita berdua yang tahu.” Aku mengangkat wajah Hee Ra yang sudah bersimbah air mata. Kuhapus air mata yang mengalir di pipinya dan kukecup keningnya. Kueratkan pelukanku padanya.
Kenyataan ini terlalu sakit untuk aku dan Hee Ra tanggung. Tapi mungkin memang ini jalan yang terbaik. Kami mengetahuinya sebelum kami terlanjur berpacaran. Mungkin jika kami mengetahuinya setelah kami berpacaran, kami akan merasa lebih sakit hati lagi. Akan sulit bagiku dan terutama Hee Ra untuk mengobati rasa sakit ini. Tapi aku yakin, waktu akan mengobati luka ini. Cepat atau lambat. Tapi waktu tak akan pernah mampu menghilangkan rasa cintaku yang sudah terlanjur dalam kepada Hee Ra.



Munjeong is a ‘dong’ in Seoul. Dong is a lowest administrative business district.
From Seoul to Munjeong-dong need about 1 hour. And 20 minutes to Lotte Department Store.
Lotte Departmnet store and Sulwhasoo Spa is real






TERJEMAHAN:

Mwo : What
Jinjja : really
Ne : yes
Aigoo : Oh My God!
Arrayo/Arraseo : I know
Noona : older sister for younger brother
Baboya : Idiot
Jeongmal : Really
Gomapta/Gomawo : Thank you
Gwenchana : It's okay
Yeoboseyo : Hello (saat menjawab telepon)
Chakkaman : Wait a minute
Yeppeo :
AniyoAni : No
Gurae : Alright
Neo : You
Eodiya/Eodi : Where
Nugu : Who
Annyeonghi gyeseyo : Goodbye
Saranghae : I love you
Mianhae/Mian : I'm sorry
nappeun namja : Bad boy
Mwohaeyo : What are you doing
Kajja : Let's go
Waeyo : Why
Eotteohke/Eottae : How
algeseumnida : I got it.
ahjussi : Mister/Old man
Mworago : Excuse me
Nado : Me too
Namjachingu : Boyfriend
nan mothae : I can't
Eomma : Mommy
Appa : Daddy
Eonje : When
Oppa : Older brother for younger sister/for boyfriend
Muncha : Message
Nae : Me/My
Chagi : Dear
Jeosonghamnida Sorry
Sook mo : Aunt
Sachon : Cousin
Ige mwoya : What's this
Geojitmal : Lie
Ddal : Dauhter



Senin, 23 April 2012

Ketidaksamaan Chebyshev

Hmm, beberapa hari yang lalu aku kuis Matematika Statistika-1
Ada 1 soal tentang ketidaksamaan Chebyshev, yang mana materinya itu belum sempat aku pelajari..
Hwaa... (╥_╥)
*nangis kejer di pelukan Dong Woon*

Alhasil, aq penasaran dengan penyelesaiannya. Begitu sampai asrama, aku langsung googling penyelesaiannya.
Dan inilah (percobaan) penyelesaianku.



Pertama, kita cari tahu dulu, apa itu ketaksamaan Chebyshev


TEOREMA CHEBYSHEV
Misalkan X variable acak dengan mean µ, variansi σ^2. Untuk suatu konstanta c dan k, pernyataan berikut ekivalen














Contoh soal:
Peubah acak X mempunyai mean 8 dan varians 9
Dengan ketaksamaan Chebyshev dapatkan batas bawah P(-4 < X < 20)
Penyelesaian:
µ = 8

σ^2 = 9
σ = 3

Dengan ketaksamaan Chebyshev,























# SELESAI #
Semoga benar. Amin.





Mohon maaf ternyata pic nya nggak jelas
>3<